Suhyati 11 Tahun menjadi Penari Seblang Bakungan
Menarikan 12 Gending dalam satu malam
Seblang merupakan ritual adat kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah Banyuwangi yang dilakukan setiap satu tahun sekali di bulan haji. Suhyati, 71, menjadi penari seblang selama 11 tahun terakhir.
Nuansa sakral mewarnai upacara desa adat Seblang yang dilakukan satu tahun sekali yang selalu diselenggarakan tujuh hari setelah Idul Adha di Sanggar Seni Bunga Bakung, kelurahan Bakungan Kecamatan Glagah kemarin.
Sebelum melakukan upacara, warga Bakungan ziarah ke makan buyut Fitri yang merupakan tetua desa dengan membawa ubo rampe. Setelah ziarah, seluruh warga mulai menyiapkan prosesi seblang dengan menyiapkan sesaji mulai ketan sabrang, ketan wingko, tumpeng, kinangan, bunga 500 biji, tumpeng takir, boneka dan pecut hingga kelapa sebagai lambang kejujuran.
Menariknya, sebelum penari seblang Suhyati, 71, memasuki pentas seluruh warga Bakungan mematikan lampu hanya ada nyala obor di depan rumah masing-masing. Hingga ada bunyi kentongan yang menandakan semua warga mulai makan bersama hadir malam itu Bupati Banyuwangi Ratna Ani Lestari makan bersama dan warga mulai menghidupkan lampu kembali. Tidak hanya itu, Bakungan malam itu juga kehadiran rombongan mahasiswa dari Unesa Surabaya. ‘’Selamatan atau makan bersama ini sebagai bentuk wujud rasa syukur atas limpahan dan rahmat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Bakungan,’’ kata dewan tetua adat Bakungan Liyan.
Liyan, 56, mengatakan Seblang atau Sebele ilang (sialnya hilang) selalu dilaksanakan bertepatan dengan bulan haji, digelar satu tahun sekali selama semalam suntuk. Hal ini bertujuan untuk menolak balak musibah yang terjadi seperti penyakit, bencana alam dan yang lainnya. ‘’Saat ini banyak bencana yang melanda Indonesia mulai banjir,hingga kebakaran disini kami bersama-sama mendoakan,’’ ujarnya
Setelah Suhyati memasuki pentas, tak heran seluruh masyarakat memadati pentas. Garis raut wajahnya sudah terlihat jelas sekali, kulit wajah yang tua dan keriput dengan bedak yang tebal menandakan dulunya ia seorang gadis yang cantik. Dengan menggunakan gelang kaki, tanpa menggunakan alas kaki patah patah langkahnya mengikuti gending-gending yang dibawakan. Dia juga menggunakan sewek, dan omprok yang terbuat dari kain berwarna putih.
Suhyati mulai memasuki pentas dengan membawa dua buah keris. Tidak lama, kemudian gending pertama berjudul Seblang-seblang yang merupakan lagu pembuka dimainkan oleh wiyogo yang semuanya perempuan. Dengan keadaan tidak sadar, Suhyati mulai menarikan gerakan demi gerakan.
Nenek itu menarikan 12 gending mulai Seblang-Seblang, Podo nonton, ugo-ugo, kembang Gading dan lainnya.
Sementara itu, salah satu prosesi yang unik juga dilakukan di tengah pentas seblang yaitu sabung ayam. Liyan mengatakan sabung ayam merupakan salah satu cara untuk mengusir penjajah yang saat itu dianggap sebagai pembawa bencana. ‘’Sabung ayam adalah cara paling mudah mengumpulkan masyarakat. Setelah berkumpul mulai merencanakan cara untuk mengusir penjajah dan cara itu sangat ampuh,’’ ujarnya.