22/03/09

Kebo-Keboan

Hasil panen yang melimpah, seluruh warga Dusun Krajan Desa Alasmalang, Banyuwangi menggelar ritual kebo-keboan sebagai ungkapan rasa syukur.
Ritual kebo-keboan digunakan sebagai tolak balak bagi warga setempat. Musibah akan melanda desa tersebut apabila kebo-keboan tidak dilaksanakan. Sebab, ritual sakral ini ada setelah Buyut Karti, leluhur Desa Alasmalang mendapat wangsit saat wabah penyakit sedang melanda Desa Alasmalang, 300 tahun lalu.

Ritual ini manifestasi dari rasa syukur warga yang menggantungkan hidupnya dari bertani.
Kebo atau kerbau dipilih menjadi simbol yang mewakili, lantaran kerbau dinilai hewan yang selalu membantu petani dalam mengelola sawah. Sebanyak15 pasang "manusia kerbau" diacara ini seakan menjadi daya tarik tersendiri bagi warga.
Bermacam ubo rampe tanaman hasil bumi menghiasai di tiap jalan kampung. Untuk mendapat kesan suasana persawahan, jalan desa pun dialiri air yang berasal dari sungai setempat. 12 tumpeng, simbol waktu perputaran kehidupan manusia yang disajikan dinikmati bersama-sama.
Dipimpin tokoh adat, ritual kebo-keboan dimulai dengan kenduri dan doa bersama di jalan utama desa. Ke-15 pasang manusia kerbau yang seluruhnya laki-laki diarak mengelilingi empat penjuru Desa. Prosesi ini disebut sebagai ider bumi. Namun sebelumnya, pawang kerbau memberikan tapung tawar agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada sikerbau jadi-jadian itu.
Alunan musik tradisional angklung Banyuwangi terus bertalu-talu mengiringi selama prosesi ider bumi. Satu pasang kerbau akan dijaga dua orang petani. Sebab, sesekali ulah manusia kerbau yang mulai kerasukan roh itu bertingkah layaknya kerbau sungguhan. Tak jarang manusia kerbau berbuat nakal dan menggelikan. Tidak sedikit masyarakat yang menonton, dikejar - kejar hingga berhamburan.
Pengunjung, terutama wanita menjadi sasaran kenakalan mereka. Diseruduk atau bahkan bermanja-manja dipunggung pengunjung wanita. Namun mereka (kebo) akan beringas jika melihat warga yang mencoba mengganggu seorang gadis yang divisualisasikan sebagai Dewi Sri, Dewi kesuburan.
Ritual diakhiri dengan prosesi membajak sawah dan menabur benih padi. Benih padi ini menjadi rebutan warga. Karena diyakini menghasilkan hasil penen yang lebih berlimpah lagi. Tak heran warga nekad berebut meski harus dikejar-kejar kerbau. Jika tertangkap tubuh warga itu akan dibenamkan ke sawah.
Yang dinantikan dari ritual kebo-keboan adalah berebut benih padi. Benih dari ritual ini diyakini tahan hama dan bisa panen berlimpah.