16/12/08

Batik Gajah Uling



Batik Gajah Uling lambang sesuatu kekuatan

Batik gajah uling melambangkan sesuatu kekuatan yang tumbuh dari dalam jati diri masyarakat Banyuwangi. Pemaknaanya berkaitan dengan karakter masyarakatnya yang bersifat religius dengan penyebutan Gajah Eling yang artinya eling (mengingat) kemahabesaran sang pencipta adalah sebuah jalan terbaik dalam menjalani hidup masyarakat Banyuwangi.
Disamping itu adanya keterkaitan dengan sosok misteri pada sejarah Blambangan itu sendiri. Penaklukan Blamabnagn olehMataram yakni pada masa Sultan Agung Hanyoko Kusumo (1613 – 1645M). Dimana kekuasaan mataram inilah banyak kawula Blambangan ini yang dibawa ke pusat pemerinatah mataraman Islam di Plered Kotagede dan banyak yang belajar membatik di Keraton mataram Islam.
Sejarah batik sudah dikenal oleh tradisi keraton di Jawa sejak abad 15 khususnya pada pemerintahan Sultan Agung. Dimana setelah perkembangan jaman terjadi kepentingan politik yang mutualisme dengan menetapkan tradisi membati sebagai sebuah tradisi sebuah identitas. Penguasaan terhadap budaya yang dilingkupinya. Menariknya, sosok batik khas Banyuwangi tidak terpengaruh unsur Mataram ataupun Bali.
Banyuwangi boleh dikatakan merupakan pewaris bekas kerajaan Blambangan yang dihapus oleh pemerintah Belanda tahun 1774 seiring pelantikan Bupati Mas Alit.
Yang mana banyak peninggalan sejarah, sehingga banyak yang menyebut Blambangan atau Banyuwangi masa lalu adalah sosok intan yang terkubur dan memerlukan penggalian dan membersihkan dari lumpur layak dilakukan.

15/12/08

Ritual Seblang Bakungan



Suhyati 11 Tahun menjadi Penari Seblang Bakungan

Menarikan 12 Gending dalam satu malam

Seblang merupakan ritual adat kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah Banyuwangi yang dilakukan setiap satu tahun sekali di bulan haji. Suhyati, 71, menjadi penari seblang selama 11 tahun terakhir.
Nuansa sakral mewarnai upacara desa adat Seblang yang dilakukan satu tahun sekali yang selalu diselenggarakan tujuh hari setelah Idul Adha di Sanggar Seni Bunga Bakung, kelurahan Bakungan Kecamatan Glagah kemarin.
Sebelum melakukan upacara, warga Bakungan ziarah ke makan buyut Fitri yang merupakan tetua desa dengan membawa ubo rampe. Setelah ziarah, seluruh warga mulai menyiapkan prosesi seblang dengan menyiapkan sesaji mulai ketan sabrang, ketan wingko, tumpeng, kinangan, bunga 500 biji, tumpeng takir, boneka dan pecut hingga kelapa sebagai lambang kejujuran.
Menariknya, sebelum penari seblang Suhyati, 71, memasuki pentas seluruh warga Bakungan mematikan lampu hanya ada nyala obor di depan rumah masing-masing. Hingga ada bunyi kentongan yang menandakan semua warga mulai makan bersama hadir malam itu Bupati Banyuwangi Ratna Ani Lestari makan bersama dan warga mulai menghidupkan lampu kembali. Tidak hanya itu, Bakungan malam itu juga kehadiran rombongan mahasiswa dari Unesa Surabaya. ‘’Selamatan atau makan bersama ini sebagai bentuk wujud rasa syukur atas limpahan dan rahmat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Bakungan,’’ kata dewan tetua adat Bakungan Liyan.
Liyan, 56, mengatakan Seblang atau Sebele ilang (sialnya hilang) selalu dilaksanakan bertepatan dengan bulan haji, digelar satu tahun sekali selama semalam suntuk. Hal ini bertujuan untuk menolak balak musibah yang terjadi seperti penyakit, bencana alam dan yang lainnya. ‘’Saat ini banyak bencana yang melanda Indonesia mulai banjir,hingga kebakaran disini kami bersama-sama mendoakan,’’ ujarnya
Setelah Suhyati memasuki pentas, tak heran seluruh masyarakat memadati pentas. Garis raut wajahnya sudah terlihat jelas sekali, kulit wajah yang tua dan keriput dengan bedak yang tebal menandakan dulunya ia seorang gadis yang cantik. Dengan menggunakan gelang kaki, tanpa menggunakan alas kaki patah patah langkahnya mengikuti gending-gending yang dibawakan. Dia juga menggunakan sewek, dan omprok yang terbuat dari kain berwarna putih.
Suhyati mulai memasuki pentas dengan membawa dua buah keris. Tidak lama, kemudian gending pertama berjudul Seblang-seblang yang merupakan lagu pembuka dimainkan oleh wiyogo yang semuanya perempuan. Dengan keadaan tidak sadar, Suhyati mulai menarikan gerakan demi gerakan.
Nenek itu menarikan 12 gending mulai Seblang-Seblang, Podo nonton, ugo-ugo, kembang Gading dan lainnya.
Sementara itu, salah satu prosesi yang unik juga dilakukan di tengah pentas seblang yaitu sabung ayam. Liyan mengatakan sabung ayam merupakan salah satu cara untuk mengusir penjajah yang saat itu dianggap sebagai pembawa bencana. ‘’Sabung ayam adalah cara paling mudah mengumpulkan masyarakat. Setelah berkumpul mulai merencanakan cara untuk mengusir penjajah dan cara itu sangat ampuh,’’ ujarnya.

08/12/08

Festival Barong


Barong merupakan salah satu kesenian di Banyuwangi
Meski saat ini hanya beberapa sanggar saja yang eksis di dunia hiburan, namun barong Banyuwangi masih tetap diminati oleh seluruh warga kota gandrung apalagi pecinta seni bahkan anak-anak.
Selain memiliki nilai seni yang tinggi, barong Banyuwangi juga memiliki lirik musik yang khas...
Dalam festival barong, yang beberapa waktu diselenggarakan Barong Bali pun juga ikut menyemarakan pesta budaya itu....