21/10/09

WeekeND In Bali


Ehm....Liburan di Bali sangat menyenangkan. Belum lengkap rasanya kalau ke Bali, tanpa menginjakan kaki ke Joger.
Di Joger, kita bisa mendapatkan apapun. Mulai buah tangan berupa gantungan kunci, pernak pernik lucu, gelas, sandal unik, hingga kaos dengan tulisan -tulisan yang nyeleneh.
bahkan, ada juga stand khusus manusia kecil alias anak - anak.
Pokoknya, siap-siap aja deh rogoh kocek ampe habis...
Liburanku saat itu menyenangkan sekali, bersama keluarga besarku aku bisa bermain sampe puas dan ngubek - ngubek seluruh isi outlet Joger.
Ehm...ga bakal terlupakan liburanku saat itu!!!
Yang pasti menyenangkan sekali.. Bali i Love u Full!!!!

20/10/09


Gandrung Bumbung Kolaborasi Tarian Banyuwangi – Bali
Tampil Ke Prancis

Berbagai cara dilakukan oleh seniman dan Pemkab Banyuwangi untuk memperkenalkan seni dan budaya Banyuwangi. Salah satunya, dengan cara mempromosikan tarian khas Bumi Blambangan gandrung lanang dan gandrung bumbung yang merupakan kolaborasi Banyuwangi dan Bali ke Prancis. Berbagai persiapan pun dilakukan, mulai latihan selama satu bulan hingga tampil di gesibu Sabtu malam kemarin. Bahkan, untuk mengirit biaya tiga penari dibatasi barang bawaanya 20 kg.

ALDILA AVRIKARTIKA, Banyuwangi
Suara musik bertalu- talu terdengar dari gesibu Blambangan Banyuwangi. Beberapa warga Kota Gandrung berduyun – duyun berjalan ke arah suara gamelan tersebut. Dalam waktu 30 menit, tempat duduk gesibu mulai dipenuhi warga.
Tidak sedikit, para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memanfaatkan kesempatan itu untuk mengais rejeki. Ada penjual kacang, es hingga pedagang minuman dan makanan ringan.
Tepat pukul 20.30, tarian gandrung bumbung yang merupakan tarian kolaborasi Banyuwangi – Bali tampil sebagai tarian pembuka. Penonton yang sudah tidak sabar langsung tepuk tangan begitu melihat gebyar prestasi yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi itu. Penari penari dari sanggar tari Sayu Gringsing, Sanggar tari Lang Lang Buana dan sanggar tari Sidopekso tampil.
Bahkan, penari senior Banyuwangi sekaligus pemilik sanggar Sayu Gringsing Subari Sofyan tampak lincah membawakan tarian yang akan ditampilkan di Prancis itu.
Setelah penampilan tarian gandrung bumbung, tarian yang lainnya juga ditampilkan. Seperti, tari Marshan atau gandrung lanang, jejer jaran dawuk, cunduk menur, jaran goyang, dan pupus widari juga ditampilkan.
Selain itu, juga ditampilkan berbagai kesenian yang berhasil meraih prestasi di berbagai moment. Seperti, musik traditional anak indonesia, dolanan anak nusantara dan lainnya.
Pagelaran yang mampu menghibur masyarakat Banyuwangi itu merupakan acara pisah pamit kepada seluruh masyarakat Banyuwangi. Karena, tari gandrung bumbung dan empat tarian lainnya akan ditampilkan di Prancis dalam rangka promosi budaya dan pariwisata.
Banyuwangi yang kaya akan seni dan tradisi ini mendapat suatu kehormatan, karena diundang langsung oleh Prancis melalui KBRI untuk tampil bersama negara lainnya di dunia. Tidak mau mensia – siakan kesempatan emas ini, Pemkab Banyuwangi langsung mempersiapkan lima tarian yang akan ditampilkan di kota mode itu.
Biaya untuk ke Prancis pun mendapat bantuan dari sponsor. Namun, Pemkab juga merogoh koceknya meski hanya separo. Pasalnya, tidak murah untuk memberangkatkan penari ke Prancis. Tiga orang penari dari Banyuwangi Subari Sofyan, Icha dan Tari dipercaya untuk membawa amanat dari Pemerintah Kabupaten.
Meski tiga orang penari ini, membawakan lima tarian mereka juga dituntut untuk lihai make up. Pasalnya, tidak ada tukang rias yang dibawa ke Prancis. Bahkan, untuk menghemat biaya barang bawaan mereka dibatasi seberat 20 Kg.
Subari Sofyan mengatakan persiapan berangkat sudah 90 persen. Mulai dari kostum tari hingga fisik dan gerakan. Lima kostum yang akan ditampilkan dibuat semenarik mungkin tapi tetap terkesan glamour. ’’Karena, Prancis kan kota Mode. Jadi kami akan membuat seluruh orang terkesan dengan Banyuwangi,’’ katanya.
Persiapannya, kata dia, satu bulan sebelum keberangkatan. Selama bulan September, sudah mempersiapkan gerakan kolaborasi dan kostum hingga hiasan kepala yang akan digunakan. ’’Kami akan tampil maksimal. Dengan adanya promosi ini, diharapkan bisa menarik minat wisatawan ke Indonesia khususnya di Banyuwangi,’’ katanya.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Dariharto mengaku bangga telah diberi kesempatan untuk bisa tampil di Prancis. Apalagi, di pagelaran promosi budaya dan pariwisata. Dengan demikian, Banyuwangi diberi kesempatan emas untuk memamerkan kekayaan seni dan tradisi di depan dunia.
Dia berharap dengan adanya promosi itu bisa menarik minat wisatawan luar negeri, untuk datang ke Banyuwangi. Yang mana, bisa menambah PAD Banyuwangi. ***

22/03/09

Menikmati keindahan Alam pantai Boom Banyuwangi

Mereka menghabiskan waktu sorenya, dengan duduk -duduk di tepi pantai. Merendam kakinya di pantai hingga bermain ombak.
Sayangnya, pantai ini selalu tampak kotor.
Rupanya pemerintah tidak mengindahkan kebersihan di seputar pantai ini. Banyaknya sampah yang berserakan rupanya tidak menyurutkan warga untuk berkunjung di pantai ini. terutama di pagi hari.
Seperti yang dilakukan bapak ini, menaiki sepeda othelnya dia nampak menikmati keindahan alam di pantai boom.
Melihat bapak ini melamun, aku pun berniat untuk mengabadikan moment indah ini.
Hasilnya, tidak terlalu mengecewakan.
Banyuwangi, KULON GUNUNG WETAN SEGORO.

Kebo-Keboan

Hasil panen yang melimpah, seluruh warga Dusun Krajan Desa Alasmalang, Banyuwangi menggelar ritual kebo-keboan sebagai ungkapan rasa syukur.
Ritual kebo-keboan digunakan sebagai tolak balak bagi warga setempat. Musibah akan melanda desa tersebut apabila kebo-keboan tidak dilaksanakan. Sebab, ritual sakral ini ada setelah Buyut Karti, leluhur Desa Alasmalang mendapat wangsit saat wabah penyakit sedang melanda Desa Alasmalang, 300 tahun lalu.

Ritual ini manifestasi dari rasa syukur warga yang menggantungkan hidupnya dari bertani.
Kebo atau kerbau dipilih menjadi simbol yang mewakili, lantaran kerbau dinilai hewan yang selalu membantu petani dalam mengelola sawah. Sebanyak15 pasang "manusia kerbau" diacara ini seakan menjadi daya tarik tersendiri bagi warga.
Bermacam ubo rampe tanaman hasil bumi menghiasai di tiap jalan kampung. Untuk mendapat kesan suasana persawahan, jalan desa pun dialiri air yang berasal dari sungai setempat. 12 tumpeng, simbol waktu perputaran kehidupan manusia yang disajikan dinikmati bersama-sama.
Dipimpin tokoh adat, ritual kebo-keboan dimulai dengan kenduri dan doa bersama di jalan utama desa. Ke-15 pasang manusia kerbau yang seluruhnya laki-laki diarak mengelilingi empat penjuru Desa. Prosesi ini disebut sebagai ider bumi. Namun sebelumnya, pawang kerbau memberikan tapung tawar agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada sikerbau jadi-jadian itu.
Alunan musik tradisional angklung Banyuwangi terus bertalu-talu mengiringi selama prosesi ider bumi. Satu pasang kerbau akan dijaga dua orang petani. Sebab, sesekali ulah manusia kerbau yang mulai kerasukan roh itu bertingkah layaknya kerbau sungguhan. Tak jarang manusia kerbau berbuat nakal dan menggelikan. Tidak sedikit masyarakat yang menonton, dikejar - kejar hingga berhamburan.
Pengunjung, terutama wanita menjadi sasaran kenakalan mereka. Diseruduk atau bahkan bermanja-manja dipunggung pengunjung wanita. Namun mereka (kebo) akan beringas jika melihat warga yang mencoba mengganggu seorang gadis yang divisualisasikan sebagai Dewi Sri, Dewi kesuburan.
Ritual diakhiri dengan prosesi membajak sawah dan menabur benih padi. Benih padi ini menjadi rebutan warga. Karena diyakini menghasilkan hasil penen yang lebih berlimpah lagi. Tak heran warga nekad berebut meski harus dikejar-kejar kerbau. Jika tertangkap tubuh warga itu akan dibenamkan ke sawah.
Yang dinantikan dari ritual kebo-keboan adalah berebut benih padi. Benih dari ritual ini diyakini tahan hama dan bisa panen berlimpah.