24/05/11

Prosesi Ritual Meras Gandrung di Kemiren Banyuwangi















Menjadi seorang penari gandrung, yang merupakan tarian khas Banyuwangi ternyata tidak semudah yang dibayangkan banyak masyarakat pada umumnya. Setelah melewati latihan selama satu tahun, calon penari harus melewati ritual meras gandrung atau penobatan penari gandrung baru.
Bagaimanakah prosesinya?

Suasana kediaman penari gandrung senior Temuk, 57 warga desa Kedaleman, Kemiren Kecamatan Glagah Banyuwangi lain dari biasanya. Malam itu, suasana rumahnya terlihat meriah, dengan iringan gending gandrung, hiasan kertas berwarna-warni hingga seluruh warga dari desa Licin hingga Jambu berduyun-duyun mendatangi rumahnya.
Meskipun hujan rintik-rintik, tidak menyurutkan warga untuk menyaksikan acara meras gandrung atau penobatan gandrung baru. Yang dipusatkan di pelataran rumah Temuk.
Tidak hanya itu, bau kemenyan semakin menambah sacral suasana malam itu. Tampak disalah satu meja yang bertaplak merah juga tersedia jenang merah, tumpeng dan satu gelas air santan sebagai persyaratan ritual meras gandrung.
Sedangkan yang akan dinobatkan menjadi penari gandrung baru, dan setelah latihan selama satu tahun yakni Mislatin, 35, Wulandari, 14, Rima Fitri, dan Santi yang masih berusia 13. Dengan wajah berseri-seri mereka menunggu detik-detik yang membahagiakan seumur hidupnya yakni menjadi penari gandrung asli. ‘’Saya sangat senang sekali, karena menjadi penari gandrung asli adalah cita-cita saya,’’ kata Santi.
Sebelum dinobatkan mereka tampil didepan seluruh masyarakat yang menunggunya mulai pukul 17.00. Mereka sangat luwes membawakan tarian topengan dengan iringan gending-gending jawa. ‘’Sudah merupakan tradisi bahwa sebelum meras harus menari topengan dulu,’’ kata Temuk.
Tidak hanya masyarakat sekitar yang hadir menyaksikan ritual meras gandrung, tetapi juga para sesepuh gandrung, sesepuh adat, budayawan Banyuwangi, hingga para orang tua calon gandrung dan sanak keluarganya.
Temuk mengakui jika penari gandrung asli yang sudah melakukan meras gandrung, lain dari pada penari gandrung yang biasanya tampil dalam suatu acara. Karena penobatan tersebut, ditandai dengan penyerahan omprok atau mahkota yang ada di kepala penari gandrung oleh gandrung senior. ‘’Setelah omprok diserahkan maka mereka sudah sah menjadi penari gandrung yang menari selama 24 jam,’’ katanya.
Setelah omprok diserahkan, kepada penari gandrung dengan iringan gending-gending Banyuwangi. Keempat penari gandrung tampil semalam suntuk, mulai gending podo nonton hingga gending penutup pukul 04.00 yakni gending seblangan. Tidak sedikit para tamu yang hadir juga melakukan paju dengan gandrung baru tersebut. ***